Selasa, 21 Januari 2014

Resensi Film

1.
Judul Film : Coming Soon
Sutradara : Sopon Sukdapisit
Produser : Youngyooth Thongkonthun
Penulis : Sopon Sukdapisit
Pemain : Vorakan Rojchanawat, Sakulrath Thomas, Chantavit Dhanasevi
Tanggal Rilis : 30 Oktober 2008
Durasi : 80 menit
Negara : Thailand
Genre : Horor
Thailand adalah salah satu negara Asia yang mampu membuat film-film horor yang membuat bulu kuduk dan jantung berdebar-debar. Beberapa film mengerikan yang pernah dirilis dari negara itu termasuk Shutter dan Alone yang skenarionya ditulis oleh Sophon Sakdaphisit. Ingin melangkah ke jenjang yang lebih tinggi lagi, Sophon mencoba menyutradarai film horor yang ia tulis sendiri. Judulnya adalah Coming Soon, mengangkat horor di layar lebar dengan tema layar lebar. 
Karakter utama di film ini yaitu Chen. Ia bekerja sebagai pengatur proyektor di sebuah gedung bioskop. Akan tetapi bekerja sekedar sebagai pengatur proyektor tentunya tak mendapatkan keuntungan yang cukup untuknya. Chen pun mengambil kerja sampingan sebagai pengkopi film bajakan. Caranya yaitu pada saat theater malam-malam sudah kosong dan dibereskan ia memutar film seorang diri lalu merekamnya. Ia bersama temannya yang bernama Peohl sudah melakukan pekerjaan ini selama berkali-kali.

Pada suatu ketika Peohl sedang merekam film horor yang diangkat dari kisah nyata. Dalam film tersebut ada seorang wanita yang menculik anak-anak dan mencungkil mata mereka. Saat Peohl tengah menyaksikan film itu, mendadak saja ia lenyap keesokan harinya. Chen yang kebingungan mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada sahabatnya. Ternyata film horor itu memiliki aroma kutukan di dalamnya. Bisakah Chen lolos dari kutukan itu ataukah Shomba sang wanita sinting akan menguasai nasibnya ? 
Cerita yang ditulis oleh Sakdaphisit ini sebenarnya cukup pintar dalam alur maupun settingnya. Alurnya yang berkisah mengenai film terkutuk mengingatkan para pecinta film horor terhadap film horor Jepang yaitu The Ring tetapi Coming Soon terasa lebih bagus karena pacingnya yang memompa jantung langsung dari awal ditambah dengan setting yang banyak berada di gedung bioskop, memperkuat aroma perfilman terkutuk yang diusungnya. 

Tampil paling memorable di film ini adalah sosok Shomba yang diperankan oleh Padiphat Kanokamornsin. Dirinya yang tampil sebagai seorang wanita tua yang sinting dan angker. Coming Soon memang sukses membuat jantung berdebar kencang tetapi caranya menakut-nakuti penonton sebenarnya terbilang klise dan mudah ditebak.  Yang benar-benar kurang berhasil digarap oleh Sakdaphisit adalah pembukaan twist film ini. Setali tiga uang dengan Coming Soon, film ini memiliki twist yang cukup cerdik di akhir film tetapi sayang cara penyutradaraan Sakdaphisit yang mentah membuat munculnya twist tersebut jadi kurang keren malah berkesan mengada-ada. Andaikata twist ini sudah disinyalkan secara diam-diam sepanjang film maka sebenarnya mungkin film ini akan lebih menghentak pada finalenya.


Kelebihan film :
Menyeramkan, konsep cukup unik.
Kekurangan film :
Cara menakuti penonton mudah ditebak dan angle pengambilan gambar klise.


2.
Judul Film : Rec 2Sutradara : Jaume Balaguero, Paco Plaza
Produser : Julio Fernandez
Penulis : Jaume Balaguero, Paco Plaza, Manu Diez
Pemain : Manuela Velasco, Ferran Terraza, Javier Botet, Pablo Rosso, Jonathan Mellor
Tanggal Rilis : 09 Juli 2010
Durasi : 85 menit
Negara : Spanyol
Genre : Horor
Setelah REC pertama mendapat kesuksesan luar biasa, dua sutradara Jaume Balaguero dan Paco Plaza pun bersiap menggarap sekuelnya. Tidak tanggung-tanggung sudah tiga film yang dipersiapkan untuk melengkapi franchise REC ini. Biasanya sekuel sebuah film horror kualitasnya menurun dari pendahulunya dikarenakan mereka biasanya menggunakan formula mengagetkan atau menyeramkan yang sama.


Sekitar beberapa jam setelah kejadian dari film pertama berakhir, sebuah grup tentara SWAT bersama Dokter yang bernama Owen dari Departemen Kesehatan dikirim masuk ke dalam gedung yang sudah dikarantina dari REC pertama. Para tentara ini awalnya menyangka bahwa tugas mereka hanya sekedar mengawal saja, suatu pekerjaan yang mudah karena mereka dilengkapi berbagai senjata. Maka masuklah kelompok tersebut ke dalam gedung tersebut. Dengan cepat grup tentara SWAT itu terinfeksi satu demi satu oleh para makhluk haus darah yang kini telah menguasai gedung apartemen itu. 
Ketika para tentara yang tersisa marah kepada Dr.Owen, barulah sang dokter mau menjelaskan tujuan yang sesungguhnya. Owen bukanlah seorang dokter, dia adalah seorang pastur yang diutus dari Vatikan untuk menghentikan para zombie-zombie yang sebenarnya orang-orang yang telah dirasuki oleh roh jahat. Mungkin inilah alasannya kenapa setiap zombie yang ditembak maupun diserang jatuh masih bisa bangkit lagi. Ini tentunya memberi atmosfir keseraman tersendiri dalam film ini.


Tidak seperti REC pertama yang masih memperkenalkan karakter-karakter selama hampir setengah jam awal film, REC 2 langsung menaikkan tensi dari menit awalnya. Kurang dari lima menit para penonton sudah diajak masuk kembali ke dalam gedung apartemen. Bagi yang sudah menonton film pertamanya tentu telah memiliki memori buruk akannya dan begitu adegan masuk ke sini secara spontan adrenalin akan memicu jantung berdenyut lebih cepat. Trik kamera pun kali ini dipakai oleh para sutradaranya lebih leluasa. Di film pertama penonton selalu dibatasi dari sudut pandang kamera Pablo tetapi di sini penonton digiring dari satu sudut pandang kamera ke sudut pandang kamera lainnya lagi. Karena dinamisnya pergerakan ini, film REC 2 menjadi sebuah film efektif yang terus mensyuting adegan mengerikannya kepada penonton. Ketika dua karakter berpisah misalnya REC 2 akan berfokus pada kamera karakter yang tengah terjepit atau diserang oleh para zombie.


REC 2 adalah semua yang diharapkan dari menonton sang prekuel. Tanpa membuang-buang waktu ia terus membuat penonton ketakutan melalui adegan-adegan yang seram. Tidak banyak trik baru yang dipakai tetapi trik-trik lama kali ini sukses semua dimaksimalkan.
Kelebihan film :
Tensi film terus tegang dari awal hingga akhir, Banyak kamera memberi angle baru menakuti penonton, Zombie masih sebuas prekuelnya.
Kekurangan film :
Kamera masih sering berguncang (walau tak seburuk film pertama), Twist di ending agak dipaksakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar